Terima Kasih



Siang tadi, Kamis 27 Juni 2013, saya pulang kuliah sekitar pukul 14.00 WIB. Cuaca panas seakan matahari begitu semangat menyinari bumi. Seperti biasa, saya naik angkot D11 kemudian menyambung dengan angkot 41. Sungguh perjalanan yang sangat membosankan sekali hari ini, membuat ngantuk ditambah kemacetan di lampu merah cisalak yang cukup panjang. Situasi di dalam angkot cukup sepi, hanya ada saya dan 2 orang lainnya. Begitu tiba di Simpangan Depok, angkot yang saya tumpangi berhenti “ngetem” untuk mencari penumpang, memenuhi bangku bangku yang masih tersisa. Cukup lama abang angkot ngetem karena sepinya para pejalan kaki. Tiba-tiba ada 2 orang pengamen kecil yang celingukan melihat ke dalam angkot. Dia mau mengamen. Tak lama kemudian dating seorang temannya. Mereka bertiga mengobrol. Ditengah-tengah obrolannya, sang pengamen kecil berbaju hitam bertanya pada ke dua temannya “eh, udah dapet berapa?”. Lalu temannya yang berbaju biru menyaut, berkata “baru 5500, lu?” bertanya kepada temannya yang berbaju biru “gue lebih”. Saat ku lihat, pengamen berbaju hitam hanya diam, piker ku mungkin dia mendapatkan uang yang lebih sedikit dibandingkan dengan yang lainnya. Angkot pun jalan setelah ada 2 perempuan yang naik yang sepertinya adalah ibu dan anak. Pengamen berbaju hitam pun ikut naik dipinggiran pintu. Dia bernyanyi dengan menggunakan botol yang berisi beras. Sesekali dia melihat ke arah penumpang, seakan memperkirakan penumpang mana yang akan memberinya uang. Hanya berjarak sekitar 200m, penumpang yang baru naik tadi pun turun, jadi, hanya tersisa saya dan 2 org yang daritadi naik angkot. Saya merasa kasihan terhadap pengamen itu, saya menyiapkan 2 keping 500an. Pas sekali, setelah dia selesai bernyanyi, saya hendak turun. Pada saat itu saya memberinya uang 1000rupiah dan ada satu perempuan yang memberinya 500an. Ketika saya turun, pengamen itu juga turun. Tak kusangka dia mengucapkan terimakasih kepada saya, begitu tulus, “makasih ya kak”. Saya membalasnya “iya dek sama-sama” tapi mungkin suara saya tidak terdengar olehnya. Dia pun menyebrangi saya yang pada saat itu ingin menyebrang, dan dia berkata lagi dengan senyum dan muka senang “Makasih banyak ya kak”. Spontan saya membalasnya “iya dek sama-sama yaaa” dengan membalas senyumnya. Yang lebih mengesankan, dia juga mencarikan saya ojek untuk masuk ke dalam perumahan. 

Entah, mungkin ini cerita yang tidak berarti untuk orang lain, tetapi pengamen kecil ini telah menyadarkan saya bagaimana harus selalu bersyukur dan selalu mengucap “Terima Kasih”. Sekian   

Comments

  1. keep writing, jarang nih yang nulis tentang kehidupan

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Analisis Segmenting, Targeting, Positioning (Studi Kasus Produk Mi Instan, Indomie)

Pengalaman Berorganisasi

BISNIS PROSES ASURANSI JIWA DI INDONESIA